Belajar ekonomi sebagai penunjang ekonomi untuk belajar….

Sudah lama saya tidak tulis menulis, kabar mengkabarai hingga blog ini pun sudah tidak Go blog atau ter-update lagi ditinggalkan begitu saja, berita yang hangat hangat pun bahkan yang panas sekalipun tidak sempat saya komentari berlalu begitu saja, mungkin karena saya sudah mulai bergelut dalam kehidupan dunia yang menyangkut ekonomi kehidupan dan kehidupan ekonomi focus pada realitas yang tanpa batas bahkan mencari batasnya pun sampai tidak tau batasanya sampai dimana…. Sehingga dalam dilemma keterbatasanya itu mencari tapal batas yang tak sampai sampai, saya berpikir ulang kapan kita mau selesai sampai tapal batas itu, bergelut atau bergulat dalam dunia ekonomi selalu dihadapkan pada keterbatasan dalam mencapai tapal batas, karena keterbatasan atau permasalahan ekonomi itu letaknya pada ketidakmampuan dalam memanfaatkan sumberdaya versus kebutuhan bahkan keinginan manusia yang terus meningkat bila dihadapkan dengan keinginan atau nafsunya “nafsunya lebih kuat dari rasa laparnya itu”. Saya pun terasa lapar saat menulis tulisan ini sementara makanan tidak ada itulah masalahnya, tapi untuk menghilangkan nafsu laparnya cukup minum sajalah sambil nonton Mahabharata hehe…  setelah itu lanjut lagi. Saya kira selama kita masih dalam batas normal rasa lapar itu alangkah baiknya saya meneruskan tulisan ini untuk memberikan nilai positif pada karya saya walaupun bukan karya ilmiah tapi minimal bisa memberikan warna motivasi disaat rasa lapar itu terus menghantui.

Banyak yang beranggapan “kumaha rek berkarya lamun ker merana“ “kumaha rek diajar lamun perut lapar” secara simple kalau dalam bahasa kerennya “logika tanpa logistic anarkis” tapi hemat saya tidak sebegitu amat secara ekstrim menampilkan seperti itu walaupun memang bahasa seperti itu tidaklah salah akan tetapi bahasa itu muncul lebih menitik beratkan pada sisi keinginan emosional saja dibandingkan dengan kebutuhanya. Jadi kalau dipikir dibola’k bali’k lagi tidak akan te’rwujud itu yang namanya berkarya, dan belajar karena lebih banyak memikirkan isi perutnya. Sedangkan perutnya itu tidak akan merasa sukup bila dihadapkan dengan keinginannya.

Nah inilah jadi alasan saya ketika mengisi biodata kuliah S2 dipacsa kudusarjana ekonomi ; soal perut itu selalu ada dengan ketiadaanya dan dengan keterbatasan kesedianya. Belajar atau tidak belajar soal perut itu selalu tetap ada tetapi motivasi belajar itulah yang menjadi nilai tambah dalam kehidupan.

Jadi belajar ekonomi itu salah satunya sebagai penunjang ekonomi untuk belajar. jadi titik berat kekehidupanya bukan masalah ekonominya tapi BELAJARnya… kalau meminjam istilah bahasa kerennya paha Uhar mah BELAJAR TERUS BELAJAR TERUS BELAJAR……

Urusan perut dan dompetna mah boh kitu boh kieu bohlam lah pokona mah hehehe……

{ditulis pada malam jumat 180914}